infoPleret- Sebenarnya apa sih yang ada di dalam Menara Masjid Agung Jawa Tengah? Mungkin itulah yang ditanyakan seseorang ketika pertama kali datang di MAJT. Rasa penasaran yang kemudian membuat langkah menuju menara tersebut. Namun jangan kaget kalau ternyata di dalam menara Masjid terdapat 4 bagian (kalau boleh dibagi :D) yang saling terhubung satu sama lain dengan lift.
Pertama adalah area Main Gate dan Tiket. Disini adalah cara terbaik untuk bisa naik ke menara yang ada di atasnya, sebab Petualang diwajibkan untuk membayar biaya “perjalanan” sebesar Rp 7.500,- per kepala. Kalau hari libur dipastikan jumlah pengantri dan pengunjung membludak sehingga Petualang harus rela sabar dan duduk-duduk menunggu Petualang lain yang ada di menara turun. Karena memang ada batasan beban maksimal yang harus ditanggung oleh sang menara. Tapi jangan berkecil hati, sambil nunggu antrean bisa kok minum soft drink dan makan snack ringan yang ada di sebelah penjualan tiket.
Kedua adalah Gardu Pandang (istilah kerennya biar keren). Gardu pandang ini terletak di paling atas bangunan menara, dimana gardu pandang menara Masjid Agung tersebut dilengkapi dengan teropong jarak jauh. Untuk mengaktifkan teropong tersebut Petualang harus memasukan koin seribuan. Kalau mau lama yaa siapkan aja yang banyak. Biar puas sekalian, jangan hanya satu teropong saja. Soalnya masih banyak teropong lain yang menghadap ke berbagai sudut mata angin. Sekali mencoba, pasti pengen lama-lama.
Ketiga ialah, Cafetaria. Umumnya tidak banyak Petualang yang mampir kesini. Namun kalau perut sudah meronta minta di isi tidak ada salahnya makan di cafetaria yang ada dibawah persis dengan Gardu Pandang. Mau kesana cukup turun 1 lantai dari gardu pandang. Jangan lupa meminta petugas lift untuk turun di cafetaria. Berbagai macam makanan dan minuman tersedia di cafetaria, yaa silakan pilih-pilih saja mana yang suka. Nah biasanya dari cafetaria ini banyak pengujung yang memotret bangunan utama Masjid Agung Jawa Tengah secara keseluruhan dari atas. Kalau di Gardu Pandang, petualang terhalang oleh pembatas jendela dari stainnes stell, sementara di cafetaria Petualang hanya di tutup dengan kaca lebar yang tebal.
Keempat, Mini Museum Masjid Agung Jawa Tengah. Disebut mini museum karena memang ruangan ini tidak begitu besar seperti kebanyakan musuem. Dan tau sendiri kan? Dimana ada musuem, disitu sepi pengunjung. Tanya kenapa? Musueum tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yang pertama adalah perkembangan islam di Jawa dan yang kedua adalah proses pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah mulai perencanaan hingga selesai. Koleksi musuem memang tidak sebanyak di Museum Ranggawarsita yang ada di Semarang. Namun cukup untuk menceritakan bagaimana islam di tanah jawa pada saat itu.
#coretanpetualang