infoPleret- Sabtu (28/4/2018) dilaksanakan acara Pembukaan Sadranan di Dusun Kanggotan dengan acara semaan Al Qur'an dan mengirim doa kepada arwah para leluhur. Kegiatan ini sudah jadi agenda tahunan, tradisi yang digelar menjelang datangnya Bulan Ramadan ini sudah dilakukan secara turun temurun dan hingga saat ini tetap lestari kendati zaman makin modern.
Ketua Panitia Nyadran Dusun Kanggotan Lor , Djamal,S.Pd.I mengatakan inti dari kegiatan nyadran merupakan perwujudan doa kepada para leluhur atau orang yang sudah meninggal. Sehingga manusia yang sekarang masih hidup selalu ingat akan kematian. Rangakaian nyadran sendiri dimulai dengan semaan Al Qur'an sampai khatam oleh para khuffadz yang dimaksudkan untuk mengirim doa kepada leluhur. Agenda berikutnya adalah pengajian pada hari Ahad, dilanjutkan acara inti nyadran pada hari Senin jam 13.00 dengan bacaan tahlil oleh seluruh masyarakat Kanggotan Lor bertempat di masjid At Ta'awun. Selain bacaan tahlil, rangkaian nyadran di Kanggotan dilanjutkan dengan membaca surah yasin bersama-sama sehabis maghrib dan ditutup dengan ziarah kubur di makam K.Djoned dan makam leluhur yang dimakamkan di makam kanggotan pleret Bantul.
Dengan ziarah kubur masyarakat dapat mengingat kembali hakikat yang sesungguhnya dalam hidup, bahwa kita hidup tidak selamanya dan semua pasti akan mengalami hal yang sama yaitu menemui ajal. Oleh karenanya kegiatan ini merupakan aplikasi bahwa kita semua pasti akan kembali. Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami. Budaya masyarakat yang sudah melekat erat yang menjadikan masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran akan selalu ada setiap tahunnya menjelang bulan ramadhan.
Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.(qiqi)