infoPleret- Dikutip dari blog Rifaarroyan, dalam satu kajian yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Food Science bahwa ayam ingkung berasal dari kata “manengkung” yang berarti memanjatkan doa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Ayam ingkung memiliki filosofi yang tak bisa diabaikan dalam budaya Jawa. Ayam adalah lambang dari rasa syukur dan kenikmatan yang didapat di dunia karena kuasa Tuhan. Hanya ayam yang baik dan lezat saja yang menjadi persembahan, itulah mengapa ayam ingkung disajikan dalam bentuk utuh dan ditata dengan indah. Berdasarkan filosofi tersebut,hal inilah yang menjadi alasan warga masyarakat Kedaton untuk menyajikan ingkung dalam pengajian nyadran dan akhirussanah TPA. Sebanyak 18 ingkung ayam kampung diberikan oleh warga secara sukarela sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Semua ingkung disajikan dengan nasi, sayur, dan lain-lain, dan dihias sedemikan rupa sehingga terlihat menarik. Setelah pembacaan tahlil, semua ingkung diberikan kepada jamaah secara bersama-sama.