infoPleret- Dalam rangka percepatan menuju salah satu visi misinya, Lurah Pleret Taufik Kamal S.Kom, M.Cs beserta tim percepatan pembangunan Desa Budaya dan Pariwisata mengunjungi beberapa lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah Cagar Budaya Situs Kerto, Jumat (5/3).
Saat ini Keraton Surakarta dan Yogyakarta memang menjadi obyek wisata budaya andalan di Kota Solo dan Jogja. Keberadaannya juga merupakan milik dua kerajaan berbeda, yakni Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Namun keduanya sebenarnya berasal dari satu kerajaan pada awalnya, yakni Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-17 silam di Kotagede, Yogyakarta.
Dalam perjalanannya hingga terbagi menjadi dua kerajaan seperti sekarang ini, Mataram Islam memiliki lima keraton. Setelah Kotagede, keraton selanjutnya berada di Kerto, Pleret, Kartasura, dan akhirnya yang sekarang menjadi Keraton Surakarta. Saat itu, pusat Kerajaan Mataram Islam dipindahkan dari Kotagede ke Kerto yang berjarak sekitar delapan kilometer.
Keraton Kerto dulunya berdiri di Padukuhan Kerto, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebagai istana pada masa puncak kejayaan kerajaan, tentunya Keraton Kerto begitu megah pada masanya. Peninggalan Keraton Kerto yang tersisa hanyalah tiga umpak (alas tiang kayu) dari batu andesit. Ukuran umpak ini cukup besar, yakni 85 cm x 85 cm dengan tinggi sekitar 65 cm. Kini yang ada di Situs Kerto hanyalah dua umpak. Umpak satu lagi sekarang menjadi umpak dari saka tunggal (satu tiang penyangga utama) Masjid Saka Tunggal di daerah Taman Sari atas perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Lokasi umpak berada diperkirakan merupakan Siti Hinggil Keraton Kerto. (Orisya)