Bagi umat Islam, 20 hari terakhir di bulan Ramadhan, khususnya di malam-malam hari ganjil, dipercaya sebagai turunnya lailatul qadar yang disebut lebih mulia dari seribu bulan. Untuk menyambut datangnya lailatul qadar, Masyarakat di Padukuhan Kanggotan Kalurahan memperingatinya dengan menggelar tradisi unik bernama malam selikuran yang digelar pada 20 Ramadhan atau malam 21 Ramadhan.
Tidak ada yang tahu kapan tradisi selikuran ini dimulai, masyarakat hanya tahu Tradisi Selikuran sudah turun temurun sejak zaman ada tokoh agama bernama Kyai Djoned, yang merupakan Kyai sekaligus sesepuh kampung pada zaman dahulu. selain itu malam selikuran ini konon dikembangkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang merupakan Raja zaman kerajaan Mataram Kerto.
Di wilayah kalurahan Pleret, khususnya di Kanggotan malam selikuran diperingati dengan tradisi Membaca Al qur’an dengan system muqaddaman sampai khatam sambil menunggu saat berbuka puasa di Masjid At-Ta’awun, kemudian malam harinya di adakan tadarusan sampai khatam sambil menunggu saat waktu sahur, dan dilaksanakan sahur bersama di masjid. Selain itu disaat tengah malam dilaksanakan sholat tasbih bersama dilanjutkan I’tikaf di dalam masjid.
Lokasi Masjid At-Ta'Awun Kanggotan