info pleret - Sabtu, 4 Februari 2021Jam 09.00 WIB Pemerintah Kalurahan Pleret mengadakan Do'a Bersama dalam rangka Munggah Molo Bangunan utama Arsitektur Gaya Yogyakarta "Gerbang Pleret" yang dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Bantul Bapak Hanung Raharjo, ST , Panewu Pleret Ibu Evie Nur Siti Fatonah, S.Sos., M.M., Lurah Pleret Taufiq Kamal, S.Kom., M.Cs. beserta pamong dan staf , serta Ketua Bamuskal Drs. Slamet Widodo beserta anggota.
Rumah / Bangunan (papan) merupakan salah satu dari tiga kebutuhan primer manusia, kebutuhan primer lainnya adalah Sandang dan pangan. Dalam salah satu pepatah mengatakan bahwa Rumahku adalah Istanaku termasuk Gerbang Pleret adalah salah satu Bangunan Kaistimewaan Kalurahan Pleret, oleh sebab itu sekiranya perlu memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rezeki. Rasa syukur ini dalam adat Jawa di wujudkan dalam bentuk upacara adat munggah molo, Upacara Adat Munggah Molo merupakan salah satu yang ada dalam tradisi Jawa atau tradisi nenek moyang yang dalam era millenium ini menjadi salah satu khasanah budaya yang ada di nusantara.
Rincian acara adat ini dilaksanakan ketika pagi hari dengan berbagai syarat yang tersaji atau dalam adat jawa disebut sesajen (sesaji) yang semuanya memiliki filosofi tersendiri di antara sesaji tersebut; Gedhang setandan (pisang yang banyak) dimaksudkan agar terbinalah kekompakan dan harmonisasi diantara keluarga dan masyarakat sekitar.
Tebu yang di cabut dari pangkalnya bermaksud agar keluarga beristiqamah dalam melakukan kebaikan layaknya pangkal tebu yang tegak menopang batang tebu, sewit Pari (satu ikat padi kuning) dimaksudkan agar keluarga dapat menggapai kejayaan dan kemakmuran akan tetapi semakin jaya semakin menunduk (tawadhu') tidak sombong, kelapa melambangkan agar keluarga menjadi kuat dan dapat bermanfaat untuk sesama (rahmatan lil 'alamin), bendera merah putih menandakan nasionalisme, koin (uang receh) sebagai modal untuk usaha, dada pasar (jajanan pasar) sebagai panjatan rasa syukur.
Pakaian keluarga menandakan keluarga harus selalu menjaga akhlaqul karimah dengan menutup aurat, kendi , pakumas (paku warna emas), kayu salam dan daun salam mengharapkan keselamatan dari Allah SWT, payung agar tuhan semesta alam dapat melindungi dengan rahmat Nya, ayam panggang, dan pohon pisang. Setelah syarat-syarat tersebut sudah ada kemuadian keluarga memanggil tokoh agama untuk mendo'akan dan memimpin prosesi adat tersebut, dan diakhiri makan bersama para tukang bangunan dan masyarakat sekitar.
Acara ini dalam rangka nguri-uri kebudayaan yang sudah ada sejak dulu dengan mengadakan prosesi Do'a Bersama dan "Bancakan Ngunggahke Molo" berupa shodaqoh makanan dan jajanan pasar yang pada acara ini diberikan kepada tamu undangan yang hadir dan para pekerja bangunan yang ada.
Do'a bersama dipimpin oleh Ustadz Salim Nur Ahmad dari Padukuhan Kerto Pleret Bantul, dilanjutkan simbolis pemotongan Tumpeng oleh lurah pleret yang diberikan kepada ketua Tim Pelaksana Kegiatan Bapak Anton Budi Hartono.
/Rief