InfoProduk - Selama bulan Ramadan perajin peci rajut di padukuhan Bedukan RT 05, Kalurahan Pleret, Kapanewon Pleret, Bantul kebanjiran pesanan. Bahkan peningkatan pesanan peci sudah terasa sebulan sebelum Ramadan.
Husni Habibulloh (22), pemilik usaha peci rajut Al-Husni menceritakan bahwa usaha yang dilakukan oleh keluarganya ini sudah berlangsung sejak tahun 2002. Setelah ayahnya meninggal tahun 2020, dirinyalah yang kini melanjutkan usaha tersebut. "Alhamdulillah, kalau bulan-bulan biasa bisa mendapatkan omzet Rp 4-5 juta dan bulan Ramadan bisa 2 kali lipat," ujarnya Kamis (14/4/2022).
Sebelum Ramadan, dalam satu bulan pihaknya bisa memproduksi 1.500-2.000 peci dengan mempekerjakan karyawan berjumlah 20 orang. Selama bulan Ramadan produksi peci bisa dua kali lipatnya.
"Untuk bulan Ramadan tahun ini, kami sudah mempersiapkannya sejak satu bulan sebelumnya," imbuhnya. Ia bersyukur tahun ini dirinya bisa mulai mendapat pesanan peci. Pasalnya saat awal pandemi kemarin, tahun 2020, mereka harus menghentikan produksi karena tak ada pesanan peci sama sekali
"Terus ingat dulu dikasih pesan almarhum bapak, kalau bisa jangan mencari kerja tapi buatlah pekerjaan. Akhirnya termotivasi terus mengembangkan lagi, dan alhamdulilah saat ini sudah sedikit berjalan. Mulai aktif kembali saat new normal tahun kemarin," terangnya.
Husni menyatakan bahwa dirinya memproduksi banyak jenis peci rajut, yakni dari jenis kopiah, peci rajut lipat, peci rajut Aceh, peci Taliban yang berwarna putih, dan yang terbaru peci Bargus. "Peci Bargus atau peci barokah Gus Dur karena kami terinspirasi dari peci rajut ala Gus Dur," katanya. Peci ini terlihat lebih simpel, rajutannya pun tidak penuh dan dibuat berongga, sehingga orang yang mengenakannya pun tidak akan merasa gerah.
Bersama 20 orang karyawannya, dalam sehari setiap orang dapat memproduksi peci tidak lebih dari 10 buah. Namun untuk peci full rajut seperti peci rajut aceh, satu karyawannya bisa membuat 3-4 buah. Sedangkan untuk model Bargus bisa 7-8 buah per hari.
Untuk bahan baku, Husni menyebut menggunakan kain strimin impor dari Jepang. Selanjutnya benang nylon, pitrit, hingga tempurung kelapa yang dipasang sebagai hiasan di atas peci rajut aceh.
Untuk pemasarannya, Peci Al-Husna sudah merambah ke berbagai daerah, dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri hingga ke Jawa Tengah, luar Jawa seperti Sumatra dan Kalimantan hingga luar negeri. Sedangkan untuk penjualan, Husni masih mengandalkan secara online dan offline dengan memanfaatkan jaringan pondok pesantren. Untuk peminatnya sudah dari mana-mana, contoh peci rajut Aceh paling laris di Jawa Tengah, ada juga yang dari Jambi, kalimantan hingga Thailand. Soalnya yang model seperti ini kalau masuk Sumatera dan Kalimantan, satu peci rajut bisa dijual oleh reseller Rp 80 sampai Rp 90 ribu.
Adapun Husni mematok harga bervariasi tergantung jenis pecinya. Untuk kopiah dihargai Rp 15 ribu, peci rajut lipat Rp 25-30 ribu. Untuk peci Aceh Rp 35-40 ribu. Peci Taliban yang juga termasuk peci lipat harganya Rp 25-30 ribu. Peci Bargus Rp 60 ribu karena ini keluaran terbaru," ujarnya.
Terkait alasan tingginya permintaan peci rajut, Husni mengaku karena peci buatannya memiliki keistimewaan dibandingkan peci jenis lainnya. Selain dibuat tangan langsung, peci rajut tidak gerah saat dikenakan. "Keistimewaan peci rajut ini bisa dicuci, kalau peci songkok kan dicuci bisa rusak. Jadi peci rajut bisa tahan awet," ungkapnya.
"Ada juga yang full ac jenis peci Bargus ini," ujarnya disambung tawa.
Sumber : TRIBUNJOGJA.COM
Link Berita : Peci Rajut Buatan Warga Bedukan Pleret Bantul Laris hingga ke Mancanegara