Ini contoh teks berjalan. Isi dengan tulisan yang menampilkan suatu ciri atau kegiatan penting di desa anda.

Artikel

Situs Kedaton 1

01 Mei 2021 07:00:01  Administrator  301 Kali Dibaca  Penataan Ruang dan Bangunan serta Warisan Budaya

Keraton Pleret memiliki belah ketupat dengan luasnya 2.256 m2, hal ini berdasarkan laporan Van Goens (Graaf, 1987:11). Pada tanggal 16 Oktober 1668, Abraham Verspreet mengunjungi istana Pleret dengan melewati jembatan di atas parit yang mengelilingi istana dan setelah itu barulah ia tiba di alun-alun. Suasana ini menunjukkan bahwa pembangunan Keraton Pleret menyerupai pulau yang dikelilingi oleh air. Pada masa pemerintahan Sultan Agung pembangunan Bendungan Pleret telah dimulai dan berlanjut hingga masa pemerintahan Amangkurat I (Graaf, 1987: 15). Bendungan dan danau berfungsi sebagai sarana hiburan bagi sunan dan perlindungan keraton dari ancaman banjir. Bendungan tersebut kemungkinan besar merupakan sumber air yang dialirkan melalui parit atau kanal ke dalam keraton sekaligus untuk mengendalikan debit airnya. Air dari parit di dalam keraton dibuang melalui Sungai


Gajahwong (Lap. Kegiatan Ekskavasi Arkeologi Situs Masjid Kauman dan Situs Kedaton, 2017).

Setelah itu juga disebutkan beberapa komponen lain di dalam Keraton Pleret seperti Siti Hinggil, Bangsal Witana, Mandungan, Sri Manganti, Pecaosan, Sumur Gemuling, Masjid Panepen, Prabayesa, Bangsal Kencana, Bangsal Kemuning, Bangsal Manis, Gedung Kuning, dan tempat tinggal abdi dalem Kedhondhong (Adrisijanti, 2000: 76). Babad Momana juga mencatat salah satu bangunan yang bernama Gedhong Sundawa yang belum diketahui fungsinya. Komponen-komponen Keraton Pleret tersebut dibangun secara bertahap.

Berdasarkan data dari Serat Momana disebutkan tahun pendirian beberapa Bangunan Kadipaten (1571J/1649 M), Prabayeksa (1572J/1650 M), Segarayasa (1574J/1652 M). keterangan lain yang diperoleh adalah Pembangunan Siti Hinggil bagian bawah dengan batu (1572J/1650 M), pembangunan Witana atau Anjungan di Siti Hinggil (1574), permulaan pembangunan Laradenan atau Kediaman Putra Mahkota (1576J/1654 M), dan pembangunan bangsal di Srimanganti (1585J/1663 M) (Graaf, 1987: 13 dalam Lap. Kegiatan Ekskavasi Arkeologi Situs Masjid Kauman dan Situs Kedaton, 2017 dan Laporan Hasil Ekskavasi KWB Plered, 2019).

Dalam Babad Momana diceritakan bahwa kehancuran Keraton Pleret disebabkan oleh serangan Trunojoyo dan menyebabkan kekalahan Susuhunan Amangkurat I. Oleh karena itu, Susuhunan Amangkurat I dikenal pula dengan sebutan Tegalwangi (Laporan Hasil Ekskavasi KWB Plered, 2019).

Saat ini tinggalan di Keraton Pleret hanya berupa toponim Kedaton, sedangkan mengenai komponen bangunan Keraton Pleret di permukaan tanah sudah tidak tersisa. Rusaknya Keraton Pleret ini disebabkan bebrapa faktor antara lain adanya serbuan Trunojoyo, lokasi pertahanan pada masa perang Diponegoro pada tahun 1826, penggunaan bata Keraton Pleret untuk membangun pabrik gula pada masa kolonial Belanda serta pembuatan semen merah oleh penduduk setempat pasca Kemerdekaan RI.

lokasi

 

 

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image [ Ganti gambar ]
  Isikan kode di gambar
 


Pengurus

Back Next

Agenda

Info Media Sosial

Statistik Pengunjung

  • Hari ini:4.040
    Kemarin:1.000
    Total Pengunjung:901.894
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:18.216.42.225
    Browser:Mozilla 5.0